Jumat, 31 Desember 2010

Sensasi Nyeri

By Wanto
Sensasi Nyeri

Sensasi nyeri mungkin disebabkan oleh karena pembebasan senyawa-senyawa kimia tertentu oleh stimulus nyeri. Senyawa-senyawa kimia yang dibebaskan ini ada yang menyerupai bradikoin yang dapat menimbulkan rasa nyeri, misalnya vasodilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan migrain, atau menimbulkan kejang otot visral atau iritasi maupun kerusakan jaringan setempat. Tergantung pada serabut syaraf yang menghantarkan impuls nyeri ke korteks sensorik di otak, maka sensasi nyeri disadari sebagai rasa nyeri yang tajam, menusuk atau nyeri yang bersifat linu.

Patofisiologi nyeri
Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang tidak mengenakkan, kebanyakan menyiksa dank arena itu berusaha untuk bebas darinya. Pada beberapa penyakit, misalnya pada tumor ganas dalam fase akhir, meringankan nyeri kadang-kadang merupakan satu-satunya tindakan yang berharga. Seluruh kulit mukosa yang membatasi jaringan dan juga banyak organ dalam bagian tubuh peka terhadap rasa nyeri, tetapi ternyata terdapat juga organ yang tidak mempunyai reseptor nyeri, seperti misalnya otak.
Nyeri timbul jika rangsangan mekanik, termal, kimia atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri) dan arena itu menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan yang disebut senyawa nyeri. Nyeri menurut tempat kerjanya dibagi atas nyeri somatic dan nyeri dalaman (visceral).
Dikatakan nyeri somatic, yang dibagi lagi atas dua kualitas yaitu nyeri permukaan dan nyeri otot, persendian, tulang atau dari jaringan ikat. Apabila rangsang bertempat dalam kulit maka rasa yang terjadi disebut nyeri permukaan. Sebaliknya nyeri yang berasal dari otot, persendian, tulang dan jaringan ikat disebut nyeri dalam.
Nyeri permukaan yang terbentuk kira-kira setelah tertusuk dengan jarum pada kulit, mempunyai karakter yang ringan, dapat dilakalisasi dengan baik dan cepat hilang setelah berakhirnya rangsang. Arti lain dari yang disebut nyeri pertama terutama bahwa nyeri ini menyebabkan suatu reaksi menghindar secara refleks, seperti kira-kira menarik kaki pada saat menginjak duri dengan demikian melindungi organisme dari kerusakan lebih lanjut. Nyeri pertama ini sering diikuti khususnya pada intensitas singkat oleh nyeri kedua yang bersifat menekan dan yang sukar untuk dilokalisasi dan lambat hilang.
Nyeri dalam juga dirasakan sebagai tekanan, sukar dilokalisasi dan kebanyakan menyebar ke sekitarnya. Contoh yang paling dikenal dari nyeri dalam adalah sakit kepala yang dalam berbagai macam bentuknya merupakan bentuk nyeri yang paling sering. Nyeri kedua atau nyeri dalam seringkali diikuti oleh reaksi afektif dan vegetatif seperti bergairah, mual, berkeringat dan penurunan tekanan darah.
Nyeri dalaman (visceral) atau nyeri perut mirip dengan nyeri dalam sifat menekannya dan reaksi vegetatif yang menyertainya. Nyeri ini terjadi antara lain pada tegangan organ perut, kejang otot polos, aliran darah kurang dan penyakit yang disertai radang.

Reseptor nyeri (Nosiseptor)
Seperti telah disebutkan, rangsang yang cukup menimbulkan rasa nyeri adalah kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme jaringan. Disini senyawa tubuh sendiri dibebaskan dari sel-sel yang rusak, yang disebut zat nyeri (mediator nyeri), yang menyebabkan perangsangan reseptor nyeri.
Reseptor Nyeri

Yang termasuk zat nyeri yang potensialnya kecil adalah ion hydrogen. Pada penurunan nilai pH dibawah 6 selalu terjadi rasa nyeri yang meningkat pada kenaikan konsentrasi ion H+ lebih lanjut. Kerja lemah yang mirip dipunyai juga oleh ion kalium yang keluar dari ruang intrasel setelah terjadi kerusakan jaringan dan dalam interstisium pada konsentrasi > 20 mmol/liter menimbulkan rasa nyeri. Demikian pula berbagai neurotransmitter dapat bekerja sebagai zat nyeri pada kerusakan jaringan. Histamine pada konsentrasi relative tinggi (10-8 g/L) terbukti sebagai zat nyeri. Asetilkolin pada konsentrasi rendah menstabilisasi reseptor nyeri terhadap zat nyeri lain, sehingga senyawa ini bersama-sama dalam senyawa yang dalam konsentrasi yang sesuai secara sendirinya tidak berkhasiat, dapat menimbulkan nyeri yang paling efektif dari kelompok transmitter.
Sebagai kelompok senyawa penting lain dalam hubungan ini adalah kinin, khususnya bradikinin, yang termasuk senyawa penyebab nyeri terkuat. Prostaglandin yang dibentuk lebih banyak dalam peristiwa nyeri, mensensibilisasi reseptor nyeri dan di samping itu menjadi penentu dalam nyeri dalam.

Penghantaran nyeri, Persepsi nyeri
Potensial aksi (impuls nosiseptif) yang terbentuk pada reseptor nyeri diteruskan melalui serabut aferen ke dalam akar dorsal sumsum tulang belakang. Pada tempat kontak awal ini, bertemu tidak hanya serabut aferen, yang impulsnya tumpang tindih, tetapi disini juga terjadi refleks somatic dan vegetatif awal (misalnya menarik tangan pada waktu tangan tersentuh benda panas, terbentuknya eritema local) melalui interneuron. Di samping itu pada tempat ini juga terjadi pengaruh terhadap serabut aferen melalui system penghambat nyeri menurun.
Pembentukan impuls nyeri melalui interneuron pada neuron-neuron selanjutnya yang menyilang pada sisi yang lain dan menuju kea rah pusat dalam tractus epinothalamicus. Ini dapat dibagi dalam :
Ø  Tractus palaeospinothalamicus yang tua secara filogenik, yang mengandung terutama serabut C.
Ø  Tractus neospinothalamus yang lebih muda secara filogenik, yang mengandung terutama serabut A-delta.
Serabut-serabut yang berakhir dalam daerah formatio reticularis menimbulkan terutama reaksi vegetatif (misalnya penurunan tekanan darah, pengeluaran keringat). Tempat kontak lain yang khusus penting dari serabut nyeri adalah thalamus opticus. Disini diteruskan tidak hanya perangsangan pada serabut yang menuju ke gyrus postentralis, tempat lokasi nyeri, melainkan diteruskan ke system limbic yang terlibat pada penilaian emosional nyeri. Oleh otak besar dan otak kecil bersama-sama dilakukan reaksi perlindungan dan reaksi menghindar yang terkoordinasi. Yang berarti secara klinis adalah bahwa system neospinothalamus pada tingkat thalamus menekan aferen paeospithalamicus. Apabila penghambatan ini gagal, maka dapat terjadi keadaan nyeri yang terberat.

Sabtu, 18 Desember 2010

Analgesik


By Wanto
Analgesik
Analgesik adalah golongan obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri seperti nyeri kepala, gigi, dan sendi. Obat golongan analgesik umumnya juga mempunyai efek antipiretik, yakni mampu menurunkan suhu tubuh, sehingga biasa disebut obat golongan analgesik-antiperitik, seperti aspirin, parasetamol, dan antalgin.
Analgesik-antiperitik biasanya digunakan untuk mengobati penyakit dengan gejala demam (suhu tubuh meningkat) dan nyeri, seperti influenza dan salesma. Karena mempunyai efek samping yang ringan, obat golongan analgesik-antiperitik dijual bebas di pasaran.
Obat golongan ini mampu menurunkan panas (antiperitik) karena menormalkan pusat pengatur suhu yang terletak di batang otak. Selain itu mampu melebarkan pembuluh darah kulit dan memperbanyak keringat sehingga semakin banyak panas yang dibuang. Selain bekerja di susunan syaraf pusat, analgesik-antiperitik dapat mencegah pembentukan prostaglandin, yakni zat yang menimbulkan rasa nyeri dan panas.
Obat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Prototip obat golongan ini adalah aspirin, karena itu obat golongan ini sering disebut juga sebagai obat mirip-aspirin (aspirin-like drugs).
Klasifikasi kimiawi AINS dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :
a.       Asam karboksilat
-    Asam asetat
-    Derivat asam salisilat, contohnya : Aspirin, Benorilat dan Salsalat.
-    Derivat asam propionate, contohnya : Fenbufen, Ibuprofen, dan Fenoprofen.
-    Derivat asam mefenamat, contohnya : Asam mefenamat dan Meklofenamat.
b.      Asam fenolat
-    Derivat pirazolon, contohnya : Fenilbutazon, Azapropazon, dan Oksifenbutazon.
-    Derivat Oksikam, contohnya : Piroksikam dan Tenoksikam.
Sebagian besar efek terapi dan efek samping obat ini berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG).
Mekanisme Kerja
Penelitian telah membuktikan bahwa PG akan dilepaskan bilamana sel mengalami kerusakan. Walaupun in vitro obat AINS diketahui menghambat berbagai reaksi biokimiawi, hubungan dengan efek analgesik, antipiretik dan anti-inflamasinya belum jelas.
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat siklo-oksigenase dengan cara yang berbeda. Khusus parasetamol, hambatan biosintesis PG hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksid yang dihasilkan oleh leukosit. Aspirin sendiri menghambat dengan mengasetilasi gugus aktif serin dari enzim ini. Dan trombosit sangat rentan terhadap penghambatan ini karena sel ini tidak mampu mengadakan regenerasi enzimnya.
Rasa Nyeri
            PG hanya berperan pada nyeri yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau inflamasi. Penelitian telah membuktikan bahwa PG menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi. Jadi PG menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin atau histamine merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata.
Efek Farmakodinamik
v Efek Analgesik
Obat mirip aspirin hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang misalnya sakit kepala, mialgia, artralgia, dan nyeri lain yang berasal dari integument. Juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi.
v  Efek Antipiretik
Obat mirip aspirik akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam. Walaupun kebanyakan obat ini memeperlihatkan efek antipiretik in vitro, tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu lama.
v  Efek Anti-Inflamasi
Dimanfaatkan sebagai anti-inflamasi pada pengobatan kelainan muskulosteletal, seperti artritis reumatoid, osteoartritis dan spondilitis ankilosa.
Efek Samping
            Yang paling sering terjadi adalah infeksi tukak lambung atau tukak peptic yang kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat pendarahan saluran cerna. Efek samping lain ialah gangguan fungus trombosit akibat penghambatan biosintesis tromboksan A2 (TXA2) dengan akibat perpanjangan waktu perdarahan. Pada beberapa orang dapat terjadi reaksi hipersensitivitas terhadap aspirin dan obat mirip aspirin.

Minggu, 12 Desember 2010

Nyeri

By Wanto
Nyeri

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan yang berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan pribadidan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kmiawi, atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri.

Mediator nyeri
Seperti telah disebutkan, rangsang yang cukup menimbulkan rasa nyeri adalah kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme jaringan. Disini senyawa tubuh sendiri dibebaskan dari sel-sel yang rusak, yang disebut zat nyeri (mediator nyeri), yang menyebabkan perangsangan reseptor nyeri.
Yang termasuk zat nyeri yang potensialnya kecil adalah ion hydrogen. Pada penurunan nilai pH dibawah 6 selalu terjadi rasa nyeri yang meningkat pada kenaikan konsentrasi ion H+ lebih lanjut. Kerja lemah yang mirip dipunyai juga oleh ion kalium yang keluar dari ruang intrasel setelah terjadi kerusakan jaringan dan dalam interstisium pada konsentrasi > 20 mmol/liter menimbulkan rasa nyeri. Demikian pula berbagai neurotransmitter dapat bekerja sebagai zat nyeri pada kerusakan jaringan. Histamine pada konsentrasi relative tinggi (10-8 g/L) terbukti sebagai zat nyeri. Asetilkolin pada konsentrasi rendah menstabilisasi reseptor nyeri terhadap zat nyeri lain, sehingga senyawa ini bersama-sama dalam senyawa yang dalam konsentrasi yang sesuai secara sendirinya tidak berkhasiat, dapat menimbulkan nyeri yang paling efektif dari kelompok transmitter.
Mediator nyeri kini juga disebut autacoida dan terdiri dari antara lain histamine, serotonin, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin 2. Sebagai kelompok senyawa penting lain dalam hubungan ini adalah kinin, khususnya bradikinin, yang termasuk senyawa penyebab nyeri terkuat. Prostaglandin yang dibentuk lebih banyak dalam peristiwa nyeri, mensensibilisasi reseptor nyeri dan di samping itu menjadi penentu dalam nyeri dalam. Menurut perkiraan, zat-zat ini meningkatkan kepekaan ujung saraf sensoris bagi rangsangan nyeri yang diakibatkan oleh mediator lainnya. Zat-zat ini berkhasiat vasodilatasi kuat dan memperbesar permeabilitas kapiler yang mengakibatkan radang dan udema.
Penghantaran nyeri, Persepsi nyeri
Potensial aksi (impuls nosiseptif) yang terbentuk pada reseptor nyeri diteruskan melalui serabut aferen ke dalam akar dorsal sumsum tulang belakang. Pada tempat kontak awal ini, bertemu tidak hanya serabut aferen, yang impulsnya tumpang tindih, tetapi disini juga terjadi refleks somatic dan vegetatif awal (misalnya menarik tangan pada waktu tangan tersentuh benda panas, terbentuknya eritema local) melalui interneuron. Di samping itu pada tempat ini juga terjadi pengaruh terhadap serabut aferen melalui system penghambat nyeri menurun.
Pembentukan impuls nyeri melalui interneuron pada neuron-neuron selanjutnya yang menyilang pada sisi yang lain dan menuju kea rah pusat dalam tractus epinothalamicus. Ini dapat dibagi dalam :
Ø  Tractus palaeospinothalamicus yang tua secara filogenik, yang mengandung terutama serabut C.
Ø  Tractus neospinothalamus yang lebih muda secara filogenik, yang mengandung terutama serabut A-delta.
Serabut-serabut yang berakhir dalam daerah formatio reticularis menimbulkan terutama reaksi vegetatif (misalnya penurunan tekanan darah, pengeluaran keringat). Tempat kontak lain yang khusus penting dari serabut nyeri adalah thalamus opticus. Disini diteruskan tidak hanya perangsangan pada serabut yang menuju ke gyrus postentralis, tempat lokasi nyeri, melainkan diteruskan ke system limbic yang terlibat pada penilaian emosional nyeri. Oleh otak besar dan otak kecil bersama-sama dilakukan reaksi perlindungan dan reaksi menghindar yang terkoordinasi. Yang berarti secara klinis adalah bahwa system neospinothalamus pada tingkat thalamus menekan aferen paeospithalamicus. Apabila penghambatan ini gagal, maka dapat terjadi keadaan nyeri yang terberat.
Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara, yaitu:
a.       Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer dengan analgetika non narkotika
b.      Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris dengan anesetika local
c.       Blockade pusat nyeri di SSP dengan analgetika narkotika