Minggu, 12 September 2010

Sistem Saraf

By Wanto
SISTEM SARAF PUSAT
Pada manusia, sistem saraf khususnya otak mempunyai kemampuan berfungsi yang jauh lebih berkembang dari pada sistem saraf mahluk hidup lain. Dimana sistem saraf pusat memiliki beberapa fungsi yaitu : menerima rangsang dari lingkungan atau ransang yang terjadi didalam tubuh, Mengubah rangsang ini dalam perangsangan saraf, menghantar dan memrosesnya, serta mengkoordinasikan dan mengatur fungsi tubuh melalui impuls-impuls yang dibebaskan dari pusat keperifer.
§  Sistem saraf pusat (SSP), yang meliputi otak dan sumsum tulang belakang
§  Sistem saraf perifer meliputi serabut-serabut hantar dari sistem saraf pusat ke perifer ( serabut saraf eferen, menurun, sentrifugal, motorik) dan dari perifer ke sistem saraf pusat ( serabut saraf aferen, menarik, sentripetal, sensorik), termasuk serabut saraf yang terletak dibagian perifer. Serabut saraf aferen yang berasal dari organ panca indera disebut serabut sensorik, serabut- serabut eferen yang menuju kekelenjar disebut serabut sekretorik.
§  Penggolongan lebih lanjut adalah pembagian atas:
-          siatem saraf otonom (vegetative)
-          sistem saraf somatic (dibawah kemauan)
unsur penyusun sistem saraf adalah neuron (sinonim:sel saraf). Disamping suatu badan sel (soma, perikaryon) dengan inti sel, neuron kebanyakan mempunyai banyak cabang sel. Cabang yang lebih panjang disebut neurit atau serabut saraf selalu ada. Kebanyakan sel saraf  menunjukan cabang-cabang pendek yang banyak yaitu dendrite.

            Efek perangsangan pada sistem saraf  pusat (SSP) baik oleh obat yang berasal dari alam atau sintetik dapat diperhatikan pada hewan dan manusia. Beberapa obat memperlihatkan efek perangsangan SSp yang nyata dalam dosis yang toksik, sedangkan obat lain memperlihatkan efek perangsangan SSpP sebagai efek samping.




PERANGSANGAN SISTEM SARAF PUSAT
Perangsangan SSP oleh obat pada umunya melalui dua mekanisme, yaitu:
-          mengadakan bokade sistem penghambatan,
-          meninggikan perangsangan sinaps.
Dalam sistem saraf pusat dikeal sistem penghantaran prasinaps. Striknin merupakan prototip obat yang mengadakan blockade selektif terhadap sistem penghambatan pascasinaps; sedangkan pikrotoksin mengadakan blockade terhadap sistem penghambatan prasinaps.
                                                                                       
Obat yang mempengaruhi sistem saraf sangat banyak. Berdasarkan cara kerja dan sifatnya obat yang mempengaruhi sistem saraf dapat dikelompokkkan menjadi
  1. Obat yang mempengaruhi sistem saraf parasimpatik yang terdiri atas obat-obat kolinergik, antikolinergik dan antikolinesterase
  2. Obat yang mempengaruhi sistem saraf simpatik yang terdiri atas obat adrenergik dan antiadrenergik
  3. Obat anastetik dan analgesik
  4. obat antiansietas, sedatif dan hipnotik
  5. obat antiepilepsi
  6. obat psikotropik
pada ujung akson, gelembung sinaps menyatu dengan membran pra-sinaps pada tempat pelepasan yang khusus, mengeluarkan isinya ke dalam celah sinaps. Neurotransmiter kemudian melewati membran pasca sinaps untuk berinteraksi dengan molekul-molekul reseptor. Hal ini menyebabkan perubahan potensial membran dari neuron pasca sinaps sehingga terjadi pemindahan impuls.

Beberapa neurotransmitter adalah asetilkolin, norepinefrin, epinefrin, serotonin, enkefalin, endorphin, gamma aminobutyric acid (GABA) dsbnya. Neurotransmiter ini disintesa dan dibungkus dalam vesikel-vesikel transpor di ujung akson/akson terminal, tetapi beberapa neurotransmiter misalnya neurotransmitter golongan peptida mungkin dihasilkan di badan sel saraf/soma. Neutransmiter yang diproduksi di soma (diduga sangat sedikit) dibungkus dalam gelembung sinaps, kemudian diangkut melalui mikrotubulus aksoplasma ke ujung akson.

Salah satu contoh sintesis dan pelepasan neurotransmitter yang akan di bahas di bawah ini adalah proses sintesis dan penglepasan neurotransmitter asetil kolin. Rangsang listrik saraf ini akan membuka kanal ion kalsium yang diikuti dengan masuknya kalsium ke dalam akson. Disamping itu pada saat yang bersamaan juga akan masuk kedalam akson ion natrium lewat pompa aktif natrium. Masuknya ion natrium ini akan membawa serta senyawaan kolin dan senyawaan asetat ke dalam akson lewat pompa natrium.

Senyawaan asetat yang masuk lewat pompa natrium dan yang masuk ke akson lewat transportasi aksonal anterograde tipe cepat akan diaktivasi (diubah menjadi bentuk aktif) di dalam mitokondria menjadi asetil ko-ensim A (Asetil KoA). Senyawaan kolin yang masuk lewat pompa natrium dan yang sampai ke akson lewat transportasi aksonal tipe cepat akan diubah menjadi asetilkolin dengan bantuan asetil ko-ensim A dan ensim kolin asetil transferase.

Asetilkolin yang sudah disintesa kemudian akan masuk ke dalam vesikel sinaps lewat proses endositosis. Neurotransmiter akhirnya akan dibungkus oleh membran vesikel sinaps. Membran vesikel sinaps ini dapat berasal dari membran vesikel sinaps yang dipakai ulang kembali setelah melepaskan neurotransmitter melalui proses internalisasi atau membran vesikel yang baru yang masuk ke ujung akson lewat transportasi aksonal anterograde tipe cepat. Kedalam vesikel ini juga akan dimasukkan ATP sebagai sumber energi dan zat-zat lain seperti proteoglikan.

Vesikel sinaps lalu bergerak ke membran terminal akson (bouton terminaux) dan kemudian menyatu dengan membran tersebut. Proses pergerakan vesikel dan penyatuan vesikel dengan membran terminal akson ini di fasilitasi oleh ion kalsium yang masuk lewat kanal kalsium. Pada proses ini, protein synapsin I diduga juga turut berperan.

Neurotransmiter akhirnya akan dilepaskan ke dalam celah sinaps lewat proses eksositosis. Asetilkolin kemudian akan berikatan dengan reseptor asetilkolin di membran postsinaps (umumnya di dendrit). Ikatan antara asetilkolin dengan reseptornya akan menimbulkan terjadinya depolarisasi (perubahan muatan listrik) dan akhirnya menimbulkan impuls listrik saraf yang akan berjalan merambat menuju ke badan sel saraf.

Perangsangan impuls listrik di postsinaps ini kemudian akan terhenti setelah ensim asetilkolin esterase memutuskan ikatan asetilkolin dengan reseptornya. Asetilkolin akan dihidrolisa menjadi senyawaan kolin dan asetat yang akan masuk kembali ke dalam akson lewat pompa natrium, untuk digunakan kembali dalam sintesa neurotransmitter. Membran vesikel sinaps juga akan dipergunakan kembali untuk membuat vesikel yang baru melalui proses internalisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar