By Wanto
DIAGNOSIS Diare
Pendekatan Umum Diare Akut Infeksi Bakteri
Diagnosa Diare |
Untuk mendiagnosis pasien diare akut
infeksi bakteri diperlukan pemeriksaan yang sistematik dan cermat. Kepada
pasien perlu ditanyakan riwayat penyakit, latar belakang dan lingkungan pasien,
riwayat pemakaian obat terutama antibiotik, riwayat perjalanan, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
Manifestasi
Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan
muntah-muntah dan/atau demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau
kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis
yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang
mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa
asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus,
berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol,
turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini
disebabkan deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas
berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang
pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam
(kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar
pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak
dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat
negatif.
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung
ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare
akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan
menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini
tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut,
yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan
asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian
darah dengan pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting
karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan
intravena tanpa alkali.
Pemeriksaan Laboratorium
Evaluasi laboratorium pasien
tersangka diare infeksi dimulai dari pemeriksaan feses adanya leukosit. Kotoran
biasanya tidak mengandung leukosit, jika ada itu dianggap sebagai penanda
inflamasi kolon baik infeksi maupun non infeksi. Karena netrofil akan berubah,
sampel harus diperiksa sesegera mungkin. Sensitifitas lekosit feses terhadap
inflamasi patogen (Salmonella, Shigella dan Campylobacter) yang
dideteksi dengan kultur feses bervariasi dari 45% - 95% tergantung dari jenis patogennya.
Penanda yang lebih stabil untuk
inflamasi intestinal adalah laktoferin. Laktoferin adalah glikoprotein bersalut
besi yang dilepaskan netrofil, keberadaannya dalam feses menunjukkan inflamasi
kolon. Positip palsu dapat terjadi pada bayi yang minum ASI. Pada suatu studi,
laktoferin feses, dideteksi dengan menggunakan uji agglutinasi lateks yang
tersedia secara komersial, sensitifitas 83 – 93 % dan spesifisitas 61 – 100 %
terhadap pasien dengan Salmonella,Campilobakter, atau Shigella spp,
yang dideteksi dengan biakan kotoran.
Diare |
Biakan kotoran harus dilakukan
setiap pasien tersangka atau menderita diare inflammasi berdasarkan klinis dan
epidemiologis, test lekosit feses atau latoferin positip, atau keduanya. Pasien
dengan diare berdarah yang nyata harus dilakukan kultur feses untuk EHEC O157 :
H7.
Pasien dengan diare berat, demam,
nyeri abdomen, atau kehilangan cairan harus diperiksa kimia darah, natrium,
kalium, klorida, ureum, kreatinin, analisa gas darah dan pemeriksaan darah
lengkap. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya
biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.