By Wanto
Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat :
·
Umur
Anak-anak
yang baru lahir khususnya lahir prematur, secara tidak normal peka terhadap
obat-obat tertentu karena status fungsi hati dan ginjal yang belum sempurna,
sehingga secara normal obat-obat tidak diaktifkan dan dihilangkan dari dalam
tubuh. Penurunan fungsi ginjal dan hati pada orang yag lebih dewasa mungkin
memperlambat hilangnya obat dari tubuh bahkan meningkatkan akumulasi dari obat
dalam tubuh dan menimbulkan keracunan. Respons manula terhadap obat-obatan
mungkin berbeda daripada pasien yang lebih muda karena perubahan dalam kepekaan
reseptor obat, atau karena perubahan akibat umur pada jaringan target atau
organ.
·
Berat
badan
Dosis lazim obat secara umum
dianggap cocok untuk orang dengan berat badan 70 kg (150pound). Rasio antara
jumlah obat yang digunakan dan ukuran tubuh mempengaruhi konsentrasi obat pada
tempat kerjanya. Untuk itu dosis obat mungkin memerlukan penyesuaian dari dosis
biasa untuk orang dewasa ke dosis yang tidak lazim, pasien kurus atau gemuk,
penentuan dosis obat untuk pasien yang lebih muda, berdasarkan berat badan
lebih dapat diandalkan daripada yang mendasarkan kepada umur sepenuhnya.
·
Luas
permukaan tubuh
Suatu formula
untuk menentukan dosis anak kecil berdasarkan pada luas permukaan tubuh yang
relatif dan dosis orang dewasa merupakan perbandingan luas permukaan tubuh anak
kecil dengan luas permukaan tubuh orang dewasa dikalikan dosis lazim orag
dewasa.
·
Jenis
kelamin
Wanita
dipandang lebih mudah terkena efek obat-obatan tertentu daripada laki-laki, dan
dalam beberapa hal perbedaan ini dianggap cukup memerlukan pengurangan dosis.
Selama kehamilan perlu hati-hati dalam penggunaan obat-obatan yang mungkin
mempengaruhi uterus atau janin (fetus). Janin nampaknya lebih peka terhadap efek
obat-obatan daripada ibunya. Juga ketagihan obat narkotik terhadap anak yang
baru lahir akibat pemakaian obat itu oleh ibu selama mengandung atau pada saat
menyusui.
·
Status
patologi
Efek
obat-obatan tertentu dapat dimodifikasi oleh kondisi patologi pasien dan harus
dipertimbangkan dalam penentuan obat yang akan digunakan dan juga dosisnya yang
tepat. Pengujian fungsi hati boleh dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan
kerusakan hati. Obat-obat yang memiliki potensi berbahaya tinggi pada situasi
terapeutik tertentu hanya boleh dipakai jika kemungkinan manfaatnya melebihi
kemungkinan resikonya terhadap pasien dan jika sudah tidak ada lainnya yang
cocok dan kemungkinan keracunannya lebih rendah.
·
Toleransi
Kemampuan
untuk memperpanjang pengaruh suatu obat, khususnya jika dibutuhkan untuk
pemakaian bahan yang terus menerus. Efek toleransi obat adalah obat yang
dosisnya harus ditambah untuk menjaga respons terapeutik tertentu.
·
Terapi
dengan obat yang diberikan bersamaan
Efek-efek
suatu obat dapat dimodifikasi dengan pemberian obat lainnya secara bersamaan
atau sebelumnya. Efek dari interaksi obat mungkin diinginkan dan bermanfaat
untuk pasien dan mungkin juga mengganggu.
·
Waktu
pemakaian
Penyerapan mulai
lebih tepat jika perut bagian atas saluran cerna kosong dari makanan dan
sejumlah obat yang efektif jika dipakai sebelum makan, mungkin akan menjadi
tidak efektif jika dipakai sambil atau sesudah makan. Disini obat-obat yang
mengiritasi akan lebih diterima oleh pasien, jika makanan ada dalam perut,
untuk mengencerkan konsentrasi obat.
·
Bentuk
sediaan dan cara pemakaian
Dosis suatu
obat berbeda-beda, tergantung pada bentuk sediaan yang digunakan dan cara
pemakaian. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kecepatan dan luasnya absorpsi
yang dihasilkan dari berbagai macam cara pemakaian obat.