By Wanto
Mediator kimia peradangan
Bahan kimia
yang berasal dari plasma maupun jaringan merupakan rantai penting antara
terjadinya jejas dengan fenomena radang. Meskipun beberapa cedera langsung
merusak endotelium pembuluh darah yang menimbulkan kebocoran protein dan cairan
di daerah cedera, pada banyak kasus cedera mencetuskan pembentukan dan/atau
pengeluaran zat-zat kimia di dalam tubuh. Banyak jenis cedera yang dapat
mengaktifkan mediator endogen yang sama, yang dapat menerangkan sifat stereotip
dari respon peradangan terhadap berbagai macam rangsang. Karena pola dasar
radang akut stereotip, tidak tergantung jenis jaringan maupun agen penyebab
pada hakekatnya menyertai mediator-mediator kimia yang sama yang tersebar luas
dalam tubuh. Beberapa mediator dapat bekerja bersama, sehingga memberi
mekanisme biologi yang memperkuat kerja mediator. Radang juga memiliki
mekanisme kontrol yaitu inaktivasi mediator kimia lokal yang cepat oleh sistem
enzim atau antagonis (Abrams, 1995; Robbins & Kumar, 1995).
Cukup banyak
substansi yang dikeluarkan secara endogen telah dikenal sebagai mediator dari
respon peradangan. Identifikasinya saat ini sulit dilakukan. Walaupun daftar
mediator yang diusulkan panjang dan kompleks, tetapi mediator yang lebih
dikenal dapat digolongkan menjadi golongan amina vasoaktif (histamin dan
serotonin), protease plasma (sistem kinin, komplemen, dan koagulasi
fibrinolitik), metabolit asam arakidonat (leukotrien dan prostaglandin), produk
leukosit (enzim lisosom dan limfokin), dan berbagai macam mediator lainnya
(misal, radikal bebas yang berasal dari oksigen dan faktor yang mengaktifkan
trombosit)