By Wanto
Sensasi Nyeri
Sensasi nyeri mungkin disebabkan oleh karena pembebasan senyawa-senyawa
kimia tertentu oleh stimulus nyeri. Senyawa-senyawa kimia yang dibebaskan ini
ada yang menyerupai bradikoin yang dapat menimbulkan rasa nyeri, misalnya
vasodilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan migrain, atau menimbulkan kejang
otot visral atau iritasi maupun kerusakan jaringan setempat. Tergantung pada
serabut syaraf yang menghantarkan impuls nyeri ke korteks sensorik di otak,
maka sensasi nyeri disadari sebagai rasa nyeri yang tajam, menusuk atau nyeri
yang bersifat linu.
Patofisiologi nyeri
Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun
nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan
diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang tidak mengenakkan, kebanyakan
menyiksa dank arena itu berusaha untuk bebas darinya. Pada beberapa penyakit,
misalnya pada tumor ganas dalam fase akhir, meringankan nyeri kadang-kadang
merupakan satu-satunya tindakan yang berharga. Seluruh kulit mukosa yang
membatasi jaringan dan juga banyak organ dalam bagian tubuh peka terhadap rasa
nyeri, tetapi ternyata terdapat juga organ yang tidak mempunyai reseptor nyeri,
seperti misalnya otak.
Nyeri timbul jika rangsangan mekanik, termal, kimia atau listrik melampaui
suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri) dan arena itu menyebabkan
kerusakan jaringan dengan pembebasan yang disebut senyawa nyeri. Nyeri
menurut tempat kerjanya dibagi atas nyeri somatic dan nyeri dalaman (visceral).
Dikatakan nyeri somatic, yang dibagi lagi atas dua kualitas yaitu nyeri
permukaan dan nyeri otot, persendian, tulang atau dari jaringan ikat. Apabila
rangsang bertempat dalam kulit maka rasa yang terjadi disebut nyeri permukaan.
Sebaliknya nyeri yang berasal dari otot, persendian, tulang dan jaringan ikat
disebut nyeri dalam.
Nyeri permukaan yang terbentuk kira-kira setelah tertusuk dengan jarum pada
kulit, mempunyai karakter yang ringan, dapat dilakalisasi dengan baik dan cepat
hilang setelah berakhirnya rangsang. Arti lain dari yang disebut nyeri pertama
terutama bahwa nyeri ini menyebabkan suatu reaksi menghindar secara refleks,
seperti kira-kira menarik kaki pada saat menginjak duri dengan demikian
melindungi organisme dari kerusakan lebih lanjut. Nyeri pertama ini sering diikuti
khususnya pada intensitas singkat oleh nyeri kedua yang bersifat menekan dan
yang sukar untuk dilokalisasi dan lambat hilang.
Nyeri dalam juga dirasakan sebagai tekanan, sukar dilokalisasi dan
kebanyakan menyebar ke sekitarnya. Contoh yang paling dikenal dari nyeri dalam
adalah sakit kepala yang dalam berbagai macam bentuknya merupakan bentuk nyeri
yang paling sering. Nyeri kedua atau nyeri dalam seringkali diikuti oleh reaksi
afektif dan vegetatif seperti bergairah, mual, berkeringat dan penurunan tekanan
darah.
Nyeri dalaman (visceral) atau nyeri perut mirip dengan nyeri dalam sifat
menekannya dan reaksi vegetatif yang menyertainya. Nyeri ini terjadi antara
lain pada tegangan organ perut, kejang otot polos, aliran darah kurang dan
penyakit yang disertai radang.
Reseptor nyeri (Nosiseptor)
Seperti telah disebutkan, rangsang yang cukup menimbulkan rasa nyeri adalah
kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme jaringan. Disini senyawa tubuh
sendiri dibebaskan dari sel-sel yang rusak, yang disebut zat nyeri (mediator
nyeri), yang menyebabkan perangsangan reseptor nyeri.
Reseptor Nyeri |
Yang termasuk zat nyeri yang potensialnya kecil adalah ion hydrogen. Pada
penurunan nilai pH dibawah 6 selalu terjadi rasa nyeri yang meningkat pada
kenaikan konsentrasi ion H+ lebih lanjut. Kerja lemah yang mirip
dipunyai juga oleh ion kalium yang keluar dari ruang intrasel setelah terjadi
kerusakan jaringan dan dalam interstisium pada konsentrasi > 20 mmol/liter
menimbulkan rasa nyeri. Demikian pula berbagai neurotransmitter dapat bekerja
sebagai zat nyeri pada kerusakan jaringan. Histamine pada konsentrasi relative
tinggi (10-8 g/L) terbukti sebagai zat nyeri. Asetilkolin pada
konsentrasi rendah menstabilisasi reseptor nyeri terhadap zat nyeri lain,
sehingga senyawa ini bersama-sama dalam senyawa yang dalam konsentrasi yang
sesuai secara sendirinya tidak berkhasiat, dapat menimbulkan nyeri yang paling
efektif dari kelompok transmitter.
Sebagai kelompok senyawa penting lain dalam hubungan ini adalah kinin,
khususnya bradikinin, yang termasuk senyawa penyebab nyeri terkuat.
Prostaglandin yang dibentuk lebih banyak dalam peristiwa nyeri,
mensensibilisasi reseptor nyeri dan di samping itu menjadi penentu dalam nyeri
dalam.
Penghantaran nyeri, Persepsi nyeri
Potensial aksi (impuls nosiseptif) yang terbentuk pada reseptor nyeri
diteruskan melalui serabut aferen ke dalam akar dorsal sumsum tulang belakang.
Pada tempat kontak awal ini, bertemu tidak hanya serabut aferen, yang impulsnya
tumpang tindih, tetapi disini juga terjadi refleks somatic dan vegetatif awal
(misalnya menarik tangan pada waktu tangan tersentuh benda panas, terbentuknya
eritema local) melalui interneuron. Di samping itu pada tempat ini juga terjadi
pengaruh terhadap serabut aferen melalui system penghambat nyeri menurun.
Pembentukan impuls nyeri melalui interneuron pada neuron-neuron selanjutnya
yang menyilang pada sisi yang lain dan menuju kea rah pusat dalam tractus
epinothalamicus. Ini
dapat dibagi dalam :
Ø Tractus palaeospinothalamicus
yang tua secara filogenik, yang mengandung terutama serabut C.
Ø Tractus neospinothalamus yang
lebih muda secara filogenik, yang mengandung terutama serabut A-delta.
Serabut-serabut
yang berakhir dalam daerah formatio reticularis menimbulkan terutama reaksi
vegetatif (misalnya penurunan tekanan darah, pengeluaran keringat). Tempat
kontak lain yang khusus penting dari serabut nyeri adalah thalamus opticus.
Disini diteruskan tidak hanya perangsangan pada serabut yang menuju ke gyrus
postentralis, tempat lokasi nyeri, melainkan diteruskan ke system limbic yang
terlibat pada penilaian emosional nyeri. Oleh otak besar dan otak kecil
bersama-sama dilakukan reaksi perlindungan dan reaksi menghindar yang
terkoordinasi. Yang berarti secara klinis adalah bahwa system neospinothalamus
pada tingkat thalamus menekan aferen paeospithalamicus. Apabila penghambatan
ini gagal, maka dapat terjadi keadaan nyeri yang terberat.