By Wanto
Nyeri
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan yang
berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan
pribadidan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Nyeri harus
dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan, seperti
peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh
rangsangan mekanis, kmiawi, atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada
jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut
mediator nyeri.
Mediator nyeri
Seperti telah disebutkan, rangsang yang cukup menimbulkan rasa nyeri adalah
kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme jaringan. Disini senyawa tubuh
sendiri dibebaskan dari sel-sel yang rusak, yang disebut zat nyeri (mediator
nyeri), yang menyebabkan perangsangan reseptor nyeri.
Yang termasuk zat nyeri yang potensialnya kecil adalah ion hydrogen. Pada
penurunan nilai pH dibawah 6 selalu terjadi rasa nyeri yang meningkat pada
kenaikan konsentrasi ion H+ lebih lanjut. Kerja lemah yang mirip
dipunyai juga oleh ion kalium yang keluar dari ruang intrasel setelah terjadi
kerusakan jaringan dan dalam interstisium pada konsentrasi > 20 mmol/liter
menimbulkan rasa nyeri. Demikian pula berbagai neurotransmitter dapat bekerja
sebagai zat nyeri pada kerusakan jaringan. Histamine pada konsentrasi relative
tinggi (10-8 g/L) terbukti sebagai zat nyeri. Asetilkolin pada
konsentrasi rendah menstabilisasi reseptor nyeri terhadap zat nyeri lain,
sehingga senyawa ini bersama-sama dalam senyawa yang dalam konsentrasi yang
sesuai secara sendirinya tidak berkhasiat, dapat menimbulkan nyeri yang paling
efektif dari kelompok transmitter.
Mediator nyeri kini juga disebut autacoida dan terdiri dari antara lain
histamine, serotonin, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin 2. Sebagai
kelompok senyawa penting lain dalam hubungan ini adalah kinin, khususnya
bradikinin, yang termasuk senyawa penyebab nyeri terkuat. Prostaglandin yang
dibentuk lebih banyak dalam peristiwa nyeri, mensensibilisasi reseptor nyeri
dan di samping itu menjadi penentu dalam nyeri dalam. Menurut perkiraan,
zat-zat ini meningkatkan kepekaan ujung saraf sensoris bagi rangsangan nyeri
yang diakibatkan oleh mediator lainnya. Zat-zat ini berkhasiat vasodilatasi
kuat dan memperbesar permeabilitas kapiler yang mengakibatkan radang dan udema.
Penghantaran nyeri, Persepsi
nyeri
Potensial aksi (impuls nosiseptif) yang terbentuk pada reseptor nyeri
diteruskan melalui serabut aferen ke dalam akar dorsal sumsum tulang belakang.
Pada tempat kontak awal ini, bertemu tidak hanya serabut aferen, yang impulsnya
tumpang tindih, tetapi disini juga terjadi refleks somatic dan vegetatif awal
(misalnya menarik tangan pada waktu tangan tersentuh benda panas, terbentuknya
eritema local) melalui interneuron. Di samping itu pada tempat ini juga terjadi
pengaruh terhadap serabut aferen melalui system penghambat nyeri menurun.
Pembentukan impuls nyeri melalui interneuron pada neuron-neuron selanjutnya
yang menyilang pada sisi yang lain dan menuju kea rah pusat dalam tractus
epinothalamicus. Ini dapat dibagi dalam :
Ø Tractus
palaeospinothalamicus yang tua secara filogenik, yang mengandung terutama
serabut C.
Ø Tractus
neospinothalamus yang lebih muda secara filogenik, yang mengandung terutama
serabut A-delta.
Serabut-serabut
yang berakhir dalam daerah formatio reticularis menimbulkan terutama reaksi
vegetatif (misalnya penurunan tekanan darah, pengeluaran keringat). Tempat
kontak lain yang khusus penting dari serabut nyeri adalah thalamus opticus.
Disini diteruskan tidak hanya perangsangan pada serabut yang menuju ke gyrus
postentralis, tempat lokasi nyeri, melainkan diteruskan ke system limbic yang
terlibat pada penilaian emosional nyeri. Oleh otak besar dan otak kecil bersama-sama dilakukan reaksi perlindungan
dan reaksi menghindar yang terkoordinasi. Yang berarti secara klinis adalah
bahwa system neospinothalamus pada tingkat thalamus menekan aferen
paeospithalamicus. Apabila penghambatan ini gagal, maka dapat terjadi keadaan
nyeri yang terberat.
Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa
cara, yaitu:
a.
Merintangi
terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer dengan analgetika non
narkotika
b.
Merintangi
penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris dengan anesetika local
c.
Blockade
pusat nyeri di SSP dengan analgetika narkotika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar